Jeritan kecil anak
baru gede menyadarkan Dira dari lamunan atau entah kantuk selepas kerja
sore ini. Metro Mini 610 arah Pondok Labu melaju lambat-lambat menyusuri Jalan
Melawai. Jakarta, seperti biasa, panas, sesak, dan penat. Si empunya badan
hanya menghela nafas dan menggumam dalam pikir. Hidup semakin sepi. Banyak cerita
dan kolega lantas tak membuat hari semakin berwarna. Entah kenapa akhir akhir
ini Dira merasa sepi. Teman yang sebenarnya teman pun ia ragukan. Karena terkadang
sempat mampir di pikiran, apa iya teman adalah teman. Apa iya yang dianggap
juga menganggap? Bagaimana jika semuanya berlawanan arah? Lalu, pada siapa ia
harus mengadu? Karena terkadang Dira takut, bahwa semakin kau tua, bukan waktunya
lagi kau mengadu. Bukan karena urusan kodrati. Hanya saja, memang sudah tidak
ada tempatnya. lalu Dira harus mengangkat semuanya tanpa siapapun, walau
seringnya ia merasa mengangkat milik yang lain. Bukan dipaksa, atau diminta, hanya karena Dira rela. Jakarta
memang hingar, tapi selalu ada yang sepi dan kosong. Karena hidup nyatanya
sendiri sendiri. Metro mini berhenti, dan para ABG pun berhamburan turun dengan
segala kikik tawa yang dibawa. Dira menghela nafas, menutup matanya, dan Metro Mini mulai bergerak
lagi.
No comments:
Post a Comment