Januari
“I’m not that into him kok”
”Haha, orang juga tau lah nis, lo gimana, Adi gimana. Udah ah, gue cabut
dulu ya. Daaah,”
Selalu semudah
itu dia datang dan pergi, semaunya. Tinggal Nisa yang merasa kosong setelahnya.
Rasa penuh yang sementara, lalu lenyap tak bersisa.
Februari
“Mbak, apaan
tuh?”
“Coklat. Buat
suami gue.”
“Ah elo, udah tua
juga kelakuan masih aja kaya abege pacaran hahaha.”
“Heh, ini anak.
Ya gapapa dong, namanya juga Valentine’s day. Sah sah aja lah. Lo aja sirik ga
ada yang lo kasih coklat. Woooooooo….”
“Yeee ngapain
juga gue kasih coklat ke orang.”
“Iya lah, mau
ngasih gimana. Kelamaan
jomblo sih lo. Makanya, cepetan
punya pacar, ga usah nungguin yang ga dateng lah.”
Dua kata. Kalah.
Telak.
Maret
”Ciiiieeeee Niiisaaaaaa......udah ada yang baru aja tuh. Kenalin dong
kenalin sini! tiba-tiba ke kantor bawa yang bening gini. Siapa namanya hah? Siapa? Nicholas? Apa Bruce? Apa
James? Hahahaha”
“Heh sembarangan lo! Bukan siapa siapa, ini temen kampus dulu. Kenalin,
Pras. Pras ini Meli, itu Mbak Nunik, itu yang lo dudukin kursi nya Mas Arif,
orangnya lagi keluar kayanya.
Mel, Pras ini yang bakal bantuin kita buat agenda CSR ke panti asuhan bulan
depan”
”Pras.”
”Oooh muka bule gini namanya Pras? Hihihi lucu yaa. Pras, udah kenal Nisa dari lama ya? Udah, kalian jadian aja, kayanya pas deh.
Kamu tipe Nisa banget tuh. Hahahaha.”
”Oh gitu, mbak? Wah, doain aja ya mbak. Insya Allah deh
saya nanti make move hehehe.”
“Ya kali, Praaas…apaan sih.”
“Hahaha, jangan malu-malu kucing gitu lah, Nis. Sampe merah gitu muka lo.”
”Doain aja ya mba, hahaha”
“Ah mulai aneh aneh deh lo,Pras”
Nisa hanya mampu menggelengkan
kepala akibat ulah Meli dan gurauan Pras yang membuat jantung Nisa berhenti
berdegup sepersekianmilisekon.
April
“Mas Praaaaassss!!!!!!”
“Hey!! Apa kabar apa kabar? Duh udah berat ya kamu sekarang, pegel aku gendong kamu hahaha. Eh apa
ini?”
”Kue bolu kukus, dari kakak itu.”
”Oooh, iya iya.”
”Enak tau mas, mau ga? Nih buat mas,”
“Eeeh ga usah, buat kamu a…..”
”Hihi masuk mulut mas Pras deh, enak ya mas.”
“Hmmmmm..he eh he eh..”
“Kakak nya cantik baik lagi mas—iih
Mas kok diabisin siih kue akuuuuuuuu!!!!”
Mei
“Pras, lo tuh ngerti jalan ga sih?”
”Ngerti lah, Bandung sih daerah jajahan gue, Nis.”
”Ah gila lo, udah daritadi nih kita muter muter di jalan ini aja. Tanya
orang deh. Duh, ini dimana sih?”
”Hahaha panik banget sih lo. Sebenernyaaa.....gue sok sok bikin kita nyasar
aja sih, Nis. Supaya bisa lama-lama jalan sama lo..cieeeee Praaaas hahahahaha,”
Nisa tersedak.
Tak membalas. Berlagak tidak mendengar gurauan Pras yang mulai tak lucu.
Ga lucu, Pras. Beneran. Ga lucu.
Juni
”Nis, siang ini ada acara gak? Lunch bareng yuk, sekalian deh lo kan pengen beli buku
buat anak anak panti lo.”
”Uuum, mau kemana dulu nih? Gue males juga kalo jauh jauh dari kantor,”
”Ga kok, paling sekitaran Mampang,”
”Oooh, gitu toh. Yaudah deh, Di, nanti gue kabarin lagi.”
”Okee, kabarin ya, soalnya kan gue pernah janji sama lo mau nunjukin tempat
makannya.”
”Oh, oke oke Di, santai lah. Ga usah di-consider
janji juga sih hahaha.”
”Eh serius Nis, sekalian jalan aja lah, lagian udah janji juga kan ke lo,”
”Ya ampun Adiiiii, santai aja sih kaku amat pake janji janji gitu segala,”
”Udaaah, pokoknya kita lunch
bareng. Oke Anisa Lazuardi?”
”Ummm, okay I’ll text you later, then, Adi Kusuma Wicaksono.”
Lelaki itu berlalu setelah mengacungkan jempolnya. Nisa menghela nafas, lelaki itu tak ada
lelahnya. Lalu teringat, ada janji yang harus dipenuhinya sore ini. Mengetik pesan,
memilih nomor kontak, Prasetyo Soebrata. Mengirim. Terkirim.
Juli
Me:
Hey, you! 21:32
Makasih traktiran bukaan nya, thanks udah
nganterin balik :) 21:32
------------------------------------------------------------------------------------------
Prasetyo Soebrata:
Yup, nevermind. Kan tadi sekalian jalan balik haha
22:45
-----------------------------------------------------------------------------------------
Me:
Tidur lo buruan. Jangan begadang. Nanti sakit aja 22:45
Kan masih ada proyekan sekolah jalanan minggu abis
lebaran 22:45
------------------------------------------------------------------------------------------
Prasetyo Soebrata:
Iya iya gue baru bikin agendanya nih 23:01
Duh jadi enak diperhatiin sama neng geulis :3 23:01
-----------------------------------------------------------------------------------------
Me:
Hahaha iya dong enengnya kan khawatir sama abang 23:04
Udah sana tidur pras 23:04
-----------------------------------------------------------------------------------------
Prasetyo Soebrata:
Ga janji ya neng, soalnya abang mau nonton bola
dulu sekalian
saur 23:20
-----------------------------------------------------------------------------------------
Me:
Woooo dasar laki, yaudah sekalian bangunin gue
saur ya pak 23:22
-----------------------------------------------------------------------------------------
Percakapan itu
selesai, habis untuk malam itu. Dan jantung Nisa berdebar empat kali lipat tiap kali telefon selular nya
berbunyi, tanda Pras membalas pesan singkatnya.
Agustus
Me:
Selamat idul fitri, Bung
Prasetyo Soebrata! 6:45
Maaf lahir batiiin :) 6:45
-----------------------------------------------------------------------------------------
Prasetyo Soebrata:
Ooy, sama sama ya 10:17
Minal aidin
walfaidzin. Sori ya nis gue suka becanda2 10:17
Salam buat keluarga :) 10:17
------------------------------------------------------------------------------------------
Me:
Haha ya kali deh pras, keluarga gue kan ga kenal
lo 10:20
Masa nanti gue bilang mama “ma, salam dari Pras,
minal
aidin katanya” lah pasti emak gue bingung haha 10:21
-----------------------------------------------------------------------------------------
Prasetyo
Soebrata:
Loh ya ga bakal lah mama ngomong kaya gitu 10:21
*cie mama :p 10:21
-----------------------------------------------------------------------------------------
Me:
Lah? Terus gimana deh 10:21
-----------------------------------------------------------------------------------------
Prasetyo
Soebrata:
Pasti gini: ma, salam lebaran dari Pras. Oooooh
Pras calon
menantu mama itu ya, suruh kesini makan ketupat
bareng 10:23
hahahahaha 10:23
------------------------------------------------------------------------------------------
Deg. Rasa nya itu detak jantung Nisa yang terakhir.
September
”Eh jadi gimana lo? Ga jadi jadi sih sama Pras?”
”Mel, apaan sih. Bahas aja terus.”
”Eh bulan syawal ini, bagus buat nikahan! Hahahha”
”Sopo sing mau nikah, Mel?”
”Itu loh Mbak Nik, si Nisa, udah nemu gandengan tapi belom dijadiin haha
capeeee deeehhh....”
”Lho? Iya Nis? Sama siapa toh? Pras Pras itu ya? Wah apik tenan loh
kalian berdua itu, pantes. Kok belum dijadiin Nis?”
”Aduuuh Mbak Nunik, si Meli didengerin, ih ngawur dia Mbak.”
”Hahahaha doain aja tuh Mbak, aneh sih tuh berdua, ga ada yang mau maju. BBM-an bales nya tiap dua jam sekali. Si Nisa
bingung jadinya Mbak sama si Pras. Udah sih, Nis. Jaman berubah, emansipasi
wanita! Ngaku aja buruan!!!!”
Mbak Nunik
tertawa. Meli, si biang kerok itu apalagi. Hanya tersenyum masam yang Nisa bisa
lakukan, namun entah mengapa ujaran Meli berkali-kali menggema kecil di ujung
benak nya.
Ngaku aja buruan. Ngaku aja buruan. Ngaku aja
buruan.
Oktober
”Gue tuh kesel Nis sama Donny, dia tuh maunya apa. BBM-in gue tiap hari, gombal gombal ga penting bikin gue ser-seran,
tapi mana? Ditembak apa ngaku
apaan juga enggak. Cape Nis gue diginiiin. Anjir, berasa ganteng apa tuh anak
ya? Berasa ga mau kehilangan
fans? Gue? Fans nya gitu? Anjiiiiing itu cowo nyebelin banget. Kesel sampe seubun ubun tau ga sih lo Nis?
Galau segalau galaunya gue. Mau nya tuh apa sih? Kalo emang he is not into me, ya ga usah kasih
harepan gue lah. Kalo emang demen
sama gue ya maju. Semaput tau gak sih. Nis, maaf lo gue cerewetin, gue cuma gatau
mesti gimana lagi.”
“Sabar, Del.”
“Gue muak Nis, udah cukup lah hampir 3 bulan gue diginiin. Naik turun banget ga ada kejelasan. Gue
sama Bilal aja lah, selama ini dia udah baik banget, usaha, jagain gue. Ga guna
ngarepin orang yang ga jelas maunya apa dan ga usaha buat gue. Fix. Ga ada nama
Donny lagi, biar mati aja itu anak.”
”Iya sayang, iya. Udahan ya nangis keselnya.”
”Okay, Nis. Thanks
for caring and listening my stupid moaning yah. Makaasiiiiiiiiihhhhhh
banget. You are such a nice person, semoga
lo ga ngalamin kejadian kaya gue ya. Bye,
Honey.”
“Bye. Take care.”
Klik. Telfon
akhirnya ditutup. Kepala Nisa berdenyut-denyut. Cerita Adel menyayat hati nya.
Terasa teralu familiar. Bipbipbip.
Telfon selular nya berbunyi. Ada
pesan masuk. Pras?
From: Adi Kusuma Wicaksono
I heard you are sick, are you okay?
Gue ke tempat lo ya, nis.
----------------------------------------------
November
“Nis, tuh udah ditungguin tuh. Cieee tukang ojek nya sekarang baru nih?”
”Mulai deh lo, Mel.”
”Hahaha, usaha nya oke banget loh, Nis. Udah sebulanan ini anter jemput lo terus. Pacar lo
bukan sih? Eh si Pras apa kabar? Kok ga pernah keliatan lagi?”
“Cabut ya, daaaaaaahhh……”
“Eh, jangan main cabut aja lo, itu
ada notes dari Mas Arif, katanya…….”
Nisa mempercepat
langkah nya. Muak dengan Meli dan segala pertanyaannya tentang apa siapa dimana
kemana. Apapun.
Desember
”Gue serius sama lo, Nis. Selama ini ya gue usaha buat lo, buat gue, buat
kita. Gue kepikiran lo terus.”
“……………”
“Gue sayang lo, Nis. Seriously.”
“……………”
“Nisa, izinin gue jagain lo terus ya.”
Jeda panjang.
Otak Nisa malfungsi. Lidah kelu, mati. Menahan nafas bahkan tak berikan efek
berarti.
Januari
Me:
Where? 18:37
--------------------------------------------------------------------------------
Adi K. Wicaksono:
I think i’m gonna be
late. The traffic is damn
horrible 18:45
--------------------------------------------------------------------------------
Me:
Okay 18:45
Just ping me when you
arrive, ok? 18:45
Be careful, honey. I
love you 18:46
--------------------------------------------------------------------------------
Adi K. Wicaksono:
I will. Love you too 18:46
---------------------------------------------------------------------------------
Januari
“Mas Pras, Mas Pras!! Itu kue nya kok ga dimakan? Biasanya mas suka makan
kue itu. Buatan kakak cantik loh mas. Baru aja dikirim. Kok ga mau sih? Tumben.”
”Haha gapapa, kamu aja yang makan, mas udah kenyang.”
”Bener nih? Kue Mas Pras buat aku aja ya? Boleh ga?”
“Iya, ambil aja, Dek.”
“Asiiiiikkkkk!!!”
Pras hanya
tersenyum simpul saat kue manis itu digenggam dan dibawa keluar kamar.