Selalu ada rasa
terselip untuknya. Tersimpan rapi rapat di ujung hari. Tiap hembus yang
terganjal dari senyum rahasia. Tak tahu seharusnya. Biarkan semuanya seperti
itu. mungkin, tak ada salah nya bergeming berjarak, bahkan tak bersuara. Merasa
sejauh memandang, merindu sejauh desah angin meradadang. Tiap kali ia buka
suara, telinga insan lain bekerja. Tiap kali ia lepas bungkam di wajahnya, riap
air mata tertahan haru. Lalu menyembul bulir tak nyaman di ujung hati.
Mengganggu.
Dia mungkin hanya
akan melihat sungging senyum. Dia tak tahu apa yang sebenarnya tersimpan.
Karena dia memang tak akan pernah tahu. Dan enyah adalah yang diinginkan kali
ini. Didoakan pergi, tapi ditahan di ekor. Dihembus melayang, tapi ditarik
benang pemberat. Lalu jejak rasa mau tak mau menggelayut. Padahal sajak patah
hati sudah di ujung tanduk. Lalu dia bisa apa?
Menelan rajut
nyata hidup bulat bulat sudah biasa. Sudah muak. Hampir mati rasa. Sama
biasanya dengar omong kosong mampir menyindir di tepi mimpi tiap kali rintik
menghampiri tanah memberikan segaris harapan. Dia mengerti apalah arti harapan
baginya? Seperti gerimis menyembul di balik awan kelam tiap kemarau. Tak
banyak. Sementara.
Terkadang ia
berpikir, angan itu tak hampa. Hanya kadang berpindah. Dari satu tujuan ke tujuan
lain. Dari satu bahasa ke bahasa lain. Dari satu musim ke musim lain. Tapi
nista dikatakan, angannya pun stagnan. Tak perpindah. Justru kian mengisi. Salah
disebutnya karena insan ini hanya boleh menyentuh bayangan tanpa menggenggam
tangan. Imaji hanya boleh dirangkai tanpa jeda aksi setelahnya. Mengeluh tiap
kali bayang nya melaju di tiap gelintir cahaya. Lantas melenguh jadi sandaran
semata sebab tuhan pun tak menjawab.
Tak pernah
diniatkan untuk menyanjung siapapun, bahkan karya tuhan paling agung. Karena
terkadang rasanya tak pantas, tak sesuai, tak pas. Tapi dalam hati mengiba,
siapa tahu insan ini berpaling lalu guntur tak tega, lantas menyampainkan pesan
pada tuhan yang nampaknya sedikit bingung. Lalu Dia membalikan telapak sejalan
keadaan. Tapi seperti orang katakan, hati siapa yang tahu. Hati siapa juga yang
dengar. Mereka bilang tuhan yang punya kuasa. Tapi mana?
Jadi ya sudah.
Dari dalam dia
mendoa.
Semoga surat ini
sampai.
Semoga surat ini
sampai.
No comments:
Post a Comment