Tiada yang lebih rindu dibandingkan kita, yang berjalan
diantara dua dunia. Jika kau memang mengerti, mengapa malam dan pagi hari
berbeda banyak, padahal jarak yang ada tak seberapa. Itu karena hanya Tuhan tak berkendak. Mengapa tak
jadikan malam dan pagi layak nya siang dan sore? Serapat. Sebatas. Sewarna. Lalu
mengapa pagi dan malam begitu rentang nampaknya? Mengapa jauh? Padahal semua
nya mengerti selalu ada matahari di kala malam. Matahari sama yang menerangi
pagi. Matahari yang membiarkan biasnya melekat dan menjadikan bulan pemeran
utamanya. Lalu mengapa karena itu kita lupa seberapa sama nya malam dan pagi? Ribuan
detik aku menatap jalanan lengang. Hanya gelap. Kau dimana pagi? Begitu jauhkah
jarak kita? Bukan kah kau hanya berdiri di samping? Bergeming. Serupa asing. Kali ini detik tak tepat waktu. Ketika dingin ini menggigit lantas tak ada kejutan kah untuk
insan? Hanya membiarkan malam ini terus bergulir, lantas ada sebagian yang
terlunta. Pagi itu masih ada kan?
Pagi itu selalu
ada.
Malam juga.
Namun, selalu ada
yang tertahan.
Karena Tuhan,
menghendakinya.
No comments:
Post a Comment