Saya memiliki cerita yang cukup sederhana
Tapi mampu
membuat saya sedikit merenung.
Saya memutuskan
untuk pergi ke sebuah mall di kota saya,
bermaksud membeli buku.
Tapi karena buku
yang saya maksud tidak ada,
Saya pun berlabuh
di sebuah toko donat berlambang merk denagn dominasi warna orange dan coklat
Kebetulan, saya
memang ingin coklat panas dan donat berlapis gula itu
Datang. Beli.
Minum.
Hal itu yang
biasa saya lakukan.
Tapi kali ini,
saya tidak langsung menghabiskan si coklat panas dan donat lapis gula itu
dengan cepat kilat tanpa belas kasihan.
Karena, yaaa, saya
memang masih punya banyak waktu untuk
‘dibunuh’
Jadi, saya agak
sedikit berlama-lama duduk disana.
Seteguk…seteguk…
Segigit…segigit…
Saya menggerakkan
badan, mengatur posisi nyaman saya.
Seteguk..
seteguk..
Mata saya
memandang ke arah luar,
Ternyata pohon yang berada diluar cukup hijau untuk menyegarkan
mata.
Seteguk.. seteguk..
Dan segigit..
Dan saya mulai berpikir, “Ko, coklat ini lebih enak dari
biasanya ya?”
Terus saya meminum seteguk demi seteguk dan tetap melihat
suasana sekitar saya.
Seteguk.. seteguk..
Segigit..
Saya meletakkan coklat panas saya di atas meja.
Lalu saya memejamkan mata.
Terasa di lidah, manis yang menyebar rata..
Aroma coklat yang memenuhi saluran pernafasan saya
Dan gurihnya rasa
mentega..
Saya menghela
nafas, “Sungguh nikmat coklat ini.”
Akhirnya saya
membuka mata,
Setelah saya
membuka mata,
Saya pun tersenyum..
“Enjoy slowly.. This
hot beverage is all yours..”
Itu tulisan yang terdapat di permukaan gelas colat panas
yang saya minum.
Lucu sekali.
Setelah sekian
lama dan sekian banyak meminum coklat panas yang sama,
Saya baru
mengerti pesan yang disampaikan si coklat panas.
Memang arti harafiahnya
“Nikmatilah perlahan.. Minuman panas ini sepenuhnya milikmu..”
Pesan itu sengaja
disampaikan agar si pembeli bisa meminum coklat itu perlahan.
Karena memang,
coklat itu cukup panas untuk diminum segera.
Tapi, saya juga
menangkap lain isi pesan itu.
“Enjoy slowly… This
hot beverage is all yours..”
Merupakan
sindiran unik bagi saya.
Banyak dari waktu
yang saya lalui segera..secepat mungkin..
Karena saya
mematok banyak target hidup yang harus saya achieve.
Terus..terus..mengejar
‘sesuatu’, seperti cara yang biasa saya gunakan untuk menghabiskan coklat panas
itu
Setelah habis,
Saya lupa nikmat
rasa coklat itu..
Berbeda sekali
dengan apa yang saya rasakan sekarang.
Coklat panas itu
terasa lebih nikmat..
Dan saya baru
ingat, hal yang sering luput dari carahidup atau gaya meminum coklat saya,
Jeda.
Terlalu sibuk saya dengan target dan ambisi saya.
Hingga saya
melupakan tubuh saya pun berhak bersenang-senang.
Terkadang hingga
saya lupa betapa indah hidup ini, bahkan dari hal-hal sederhana.
Betapa sejuk pemandangan di luar
Betapa manis cara
ibu anak tadi berkomunikasi
Betapa manis
kenangan hidup saya
Betapa baik
keluarga, teman, dan kerabat saya
Betapa
menyenangkannya menjadi saya
Betapa
beruntungnya saya
Ya, benar. Saya
lupa akan itu, Kawan.
Itu sebabnya saya
sering merasa tak puas diri, terkadang justru merasa selalu ada yang salah, dan
berujung pada rasa penat akan hidup sendiri.
Bukan bermaksud
untuk hidup lambat lantas tidak memiliki tujuan dan target pencapaian.
Tapi, semata mata
mengingatkan kita akan tombol ‘pause’ dalam hidup kita.
“Enjoy slowly...”
Karena,
Dengan jeda, kita
lebih bisa menenangkan diri sendiri.
Menghela nafas
sejenak.
Melihat dengan
jelas keadaan sekitar.
“This hot beverage is all yours..”
Walaupun hidup tidak mudah,
Tapi hidup ini sesungguhnya tetap milik kita..
Kita berhak
menentukan bagaimana cara kita menjalani hidup.
Kita berhak beristirahat sejenak di tengah padatnya
keadaan.
Kita berhak
menepuk pundak kita, memberikan apresiasi kepada diri sendiri.
Kita berhak
berbahagia atas apa saja yang terjadi dalam hidup ini.
Baru kemudian,
Merencanakan perjalanan hidup dengan diri yang jauh lebih
bahagia, tenang, dan siap.
Itulah, Kawan,
cerita dari seteguk coklat panas.
Semoga sedikit memberi pemahaman. J