July 25, 2015

Dira

Jeritan kecil anak baru gede menyadarkan Dira dari lamunan atau entah kantuk selepas kerja sore ini. Metro Mini 610 arah Pondok Labu melaju lambat-lambat menyusuri Jalan Melawai. Jakarta, seperti biasa, panas, sesak, dan penat. Si empunya badan hanya menghela nafas dan menggumam dalam pikir. Hidup semakin sepi. Banyak cerita dan kolega lantas tak membuat hari semakin berwarna. Entah kenapa akhir akhir ini Dira merasa sepi. Teman yang sebenarnya teman pun ia ragukan. Karena terkadang sempat mampir di pikiran, apa iya teman adalah teman. Apa iya yang dianggap juga menganggap? Bagaimana jika semuanya berlawanan arah? Lalu, pada siapa ia harus mengadu? Karena terkadang Dira takut, bahwa semakin kau tua, bukan waktunya lagi kau mengadu. Bukan karena urusan kodrati. Hanya saja, memang sudah tidak ada tempatnya. lalu Dira harus mengangkat semuanya tanpa siapapun, walau seringnya ia merasa mengangkat milik yang lain. Bukan dipaksa,  atau diminta, hanya karena Dira rela. Jakarta memang hingar, tapi selalu ada yang sepi dan kosong. Karena hidup nyatanya sendiri sendiri. Metro mini berhenti, dan para ABG pun berhamburan turun dengan segala kikik tawa yang dibawa. Dira menghela nafas,  menutup matanya, dan Metro Mini mulai bergerak lagi.
  

July 06, 2015

akhir akhir ini

sudah lama saya tidak menggumam sendirian, mungkin karena kehidupan mulai teralu angkuh untuk dijeda atau mungkin memang saya yang demikian sombong tidak memberikan secelah waktu untuk terdiam dan melihat ke dalam. iya akhir akhir ini memang saya "dituntut" untuk lebih padat pada jadwal.
akhir akhir ini ya begini. sarjana baru. sarjana muda bau kencur. bingung tengok kanan kiri cari cari jalan menuju apalah itu namanya kesuksesan. buat saya, kali ini cukup membingungkan. saya terbiasa dengan tujuan yang jelas dan konkret. kali ini lain, saya semacam harus tanya kanan kiri dan GPS pun nampaknya tak berlaku lagi.

beberapa pilihan memang terpapar. dan akhirnya, saya memilih (atau dipilihkan Tuhan). saya mencoba mendengarkan diri sendiri, mengiyakan kata hati. banyak sih yang menyayangkan dan bahkan mencibir, "ngapain sih nir milih kerja kaya gitu?" tapi ya sudah, hidup toh hidup saya. saya yang menjalani saya yang menanggung sendiri. semoga saya dan yang saya cintai bisa menikmati.

akhir akhir ini memang begitu, orang orang mondar mandir wara wiri. komentar sana komentar sini. unjuk gigi unjuk prestasi unjuk materi. tapi ya ga apa apa juga. namanya juga aktualisasi diri.

pokoknya, buat saya, akhir akhir ini ya gini:

"umur sudah segini, bukan waktunya ikut ikutan lagi."






*dikutip dari Ms Nike, salah satu dosen saya, di sela sela obrol obrol santai tentang rencana hidup. terimakasih banyak, ms.