September 25, 2012

Untuk Iqbal


Untuk Iqbal,
Kami rindu kamu, Bal
Sudah lama nian tak bersua
Menertawakan hal sederhana
Bersama tawa mu membahana

Maaf,
Kami belum sempat bertemu lagi
Tiap tahun, Bal
Sesungguhnya, kami menanti
Waktu kita kembali
Namun, sayang
Teralu banyak keegoisan atas nama prioritas
Mengalahkan silaturahmi

Maaf, Iqbal
Kami baru datang ke rumah mu,
Sekarang
Mengantarmu terakhir kalinya
Menghadap Sang Pencipta


Semoga kamu tenang disana, tetap tertawa,
Dengan siapapun, apapun, yang membuatmu
Bahagia

Januari 1, 2012

September 21, 2012


“Hidup banyak pilihan. Manusia banyak mau. Manusia banyak tak tahu. Tuhan hanya memberikan, ketika manusia tahu apa yang dimau.

September 18, 2012

Dua Jelata


"Terkadang, saya bingung dengan hidup saya sendiri. Maunya apa?”
”Maunya pangeran?”
”Iya.”
”Pangeran itu hanya untuk putri, bodoh. Sudahlah banyak pemuda baik lain untuk mu. Lihat.... si pujangga, si pekerja lokomotif, si penenun, si pedagang kota seberang....”
“Banyak.”
“Kau saja yang teralu banyak meminta.”
“Pangeran itu…….”
“…dibiasakan untuk ramah ke semua orang.”
“Memang….”
“….bukan hanya padamu.”
“Sudahlah, jangan kau berubah dungu. Pakai otak mu. Sudah teralu lama kau begini. Belajarlah.”
”Mulai sekarang....”
”Pilih.”
”Bukan pangeran.”

September 14, 2012

Senja Gerimis


Terimakasih, Tuhan, hari ini cukup indah. Senja ini Kau ridho-kan gerimis untuk ku.
Terimakasih, Tuhan atas gerimis hari ini.
Walau sedikit.
Gerimis yang membasahi bumi, memberikan harapan bagi bunga untuk hidup, membersihkan debu di tanah tandus, memberikan wangi tanah lembab lembut halus, menyejukan udara panas kering, melengkungkan senyum di hati.
Saya sadar, Tuhan.
Gerimis ini sekedar lewat. Gerimis ini sementara. Gerimis ini tak lama. Gerimis ini bukan pertanda apa-apa.
Tak mengapa.
Saya tak akan meminta banyak. Hari ini sudah lebih dari cukup. Hari ini sudah di luar batas harapan. Hari ini lebih dari yang diduga. Hari ini indah, Tuhan.
Gerimis ini menenangkan.
Sesederhana itu. Cukup.


12 September 2012
Untuk Gerimis, yang (terkadang) memabukan

September 11, 2012

Hujan Menusuk


Hari ini hujan
Dan nampaknya, sekali lagi, seorang anak berumur 5 tahun
Mengajarkan dan mengingatkan saya
Bagaimana seharusnya menanggapi kehidupan


Hanya karena ungkapan sederhana
”Ga mau, Bu! Aku suka ujan! Aku mau ujan-ujanan!”


Sontak saya berpikir
Sudah teralu lama saya menjadi pengecut
Pengecut

Pengecut untuk melakukan apa yang saya suka
Pengecut untuk menerima konseuensinya

Apa yang salah
Untuk membayar sesuatu yang kita suka?

Untuk berani bermain dengan resiko?

September 02, 2012

Apa Yang Mereka Katakan Picisan


Tergambar jelas rona indah hasil guratan ingatan akan pesona
Yang hanya bisa tertangkap lantas disimpan
Tanpa nyatakan setelahnya

Kau lelaki berikan pesona tanpa jeda
Ketika mereka serukan hanya paras mu saja
Aku mengatakannya dengan irama lain

Kau bukan lah paras mu
Kau adalah hati mu

Sejauh mengenalmu hanya dari rupamu
Tak pernah ada beda nya

Namun kali ini lain
Kau membungkam ku dengan semua kenyataan hidupmu
Kisah mu
Dan langkah mu

Demi langit yang kelam dengan butiran bintang,
Ada lain terselip di hati
Sesuatu yang nampaknya akan selalu terbatasi
Walau tak mampu dikurangi

Kau tahu,
Terdapat batasan bias terhadap mana yang boleh dan benar dan mana yang tidak
Mereka bilang itu norma

Namun, sebenarnya ini bukan norma
Ini adalah ketakutan
Hasil elaborasi logika yang biasa nya pasti

Kau teralu elok
Kau teralu indah
Hingga hanya mampu terekam sebatas memori
Yang selalu hadir di tiap denting waktu yang bergulir

Karena kau teralu jauh
Tiada tangga sampai
Tiada usaha capai

Hingga ku hanya rantaikan langkah
dan menyeret jejak

Bodoh ku sapa, kau terlewat
Tak heran mengapa
Kau lelaki pujaan setiap wanita

Yang hanya dapat ku nikmati dari tiap balik dinding beku itu
Tanpa sapa setelah nya

Sudahlah,
Teralu tolol untuk impikan
Biarkan saja aku terus merantai langkah ini
Biar ku tidak teralu jauh berjalan

Biarkan saja ku kekang sayap ini
Biarku tak malambung jauh

Bairkan aku tetap di tanah
Diam, sehingga pasir itu tak membawa ku teralu jauh ke dalam

Biarkan aku menyairkan namamu dalam doa
Biar semesta bernyanyi dan angin menyampaikan
Dan Tuhan mendengar

Mana tahu waktu mendekatkan.

Percayalah


Pernah kalian disalahkan atas segala sesuatu yg tak pernah kalian rasakan?

Demi langit.
Rasanya pilu bukan buatan, kawan.

Pernah kalian dianggap sebagai sesuatu yg sebenarnya bukan kalian?

Sesungguhnya.
Itu bagaikan jantung terhunus panah racun, kawan.

Pernah kalian dipojokan atas segala sakit mereka wlw sakit yg mereka berikan jauh lebih nyeri daripada yang mereka rasakan?

Kawan,
jangankan berikan prbandingan.
Mengingat rasany saja sungguh merupakan sayatan tak tertahankan.

Pernah perbuatan dan niatan baik kalian dibalas dengan sejuta cemohan?

Kau tahu, kawan?
Rasanya seperti kau punya tangis yang berubah jadi batu.
Lantas kau tak dpt menangis.
Hanya terdiam.terdiam.dan terdiam.
Menunggu rasa pilu itu mmbunuhmu perlahan.


Jika kalian pernah alami tadi,

bertahanlah, kawan..

Kau tak sendirian.

Biarkanlah mereka bebas mengatakan apa yang mereka inginkan tentang mu..

Angkat kepalamu, tegakkan jiwamu..
Lantas berjalanlah mantap lewati mereka.. 

Tak perlu lah, kawan, sendu itu..

Karena itu hany membuat puas tawa mereka..


Cukup 1 hal, kawan...

Percayalah,


Tuhan tidak tidur.

September 01, 2012

Kereta ekonomi. Cikini. Kontras. Semangkuk soto paru. Segelas McFloat. Pelajaran baru.


Kereta ekonomi: Sederhana. kotor. Jelata. Rakyat. Angin semilir. Pekerja. Pemulung. Peminta-minta. Pengamen. Seniman jalanan. Penjual asongan. Pekerja. Ibu-ibu rumahtangga. Mahasiswa. Peminta-minta. Umum. Hidup. Manusia.

Cikini: Jakarta. Kota. Malam. Lalu lalang. Kendaraan. Gelap. Gemerlap. daerah baru. Perasaan ingin tahu.
Dunia baru. Keingintahuan. Hidup. Manusia.

Kontras: Pemuda. semangat. Inspirasi. Aspirasi.
Jerat birokrat. Jerat hierarki. Anti-otoriterianisme. Demokrasi. Kebebasan.  Pancasila. Negara. Pemerintah. Orang hilang. Korban rezim. Kekerasan. Korban. Keluarga. Kepiluan. Kenangan. Peninggalan. Undang-undang.  Kekecewaan. Kemarahan. Keadilan. Penuntutan. Penuntasan. Gejolak. Amarah. Hidup. Manusia.

Soto paru: Paru gurih. Kerupuk garing. Kuah banjir. Tomat segar. Sambal pedas.  Nasi legit nan panas. Air putih segar. Hidup. Manusia.

"Laki-laki feminin": Beda. Berani.  Eksentrik. Eksis. Pilihan. Senyum. Tangis tertahan. Nyanyian. Tarian. Tata rias seadanya. Busana atraktif. Usaha. Perjalanan. Penolakan. Sinis. Tangguh. Bertahan. Hidup. Manusia.

Mcfloat: Segar. Manis. Menengah keatas. Metropolitan. Soda menyengat. Dingin menyekat.
Hidup. Manusia.


Bergerak. Stagnan. Padat. Cair. Manis. Pahit. Baik. Buruk. Manusia. Hidup.