September 18, 2012

Dua Jelata


"Terkadang, saya bingung dengan hidup saya sendiri. Maunya apa?”
”Maunya pangeran?”
”Iya.”
”Pangeran itu hanya untuk putri, bodoh. Sudahlah banyak pemuda baik lain untuk mu. Lihat.... si pujangga, si pekerja lokomotif, si penenun, si pedagang kota seberang....”
“Banyak.”
“Kau saja yang teralu banyak meminta.”
“Pangeran itu…….”
“…dibiasakan untuk ramah ke semua orang.”
“Memang….”
“….bukan hanya padamu.”
“Sudahlah, jangan kau berubah dungu. Pakai otak mu. Sudah teralu lama kau begini. Belajarlah.”
”Mulai sekarang....”
”Pilih.”
”Bukan pangeran.”

No comments:

Post a Comment