April 16, 2013


Ada kala nya saya tertawa miris. Merasa dipecundangi oleh kata dan baris. Seakan akan mereka memperolok sinis. ”Hey, kau tak akan pernah mencapai garis!”

Ya apalah dikatakan. Semua yang pernah dirasakan. Menjadi satu baur dalam resapan. Menjelma menjadi ungkapan menawan.

Kepada siapalah itu pernah ditujukan. Tak pernah jadi urusan. Tak semestinya dihadapkan. Karena itu hanyalah lampau. Tak mestinya dihirau.

Tapi ya jangan marah. Karena diri ini sangat peduli. Tapi tenang saja, nyatanya hanya bisa pasrah. Menggigit jari, mengobati hati.

Tiap insan kan pasti punya cerita. Yang berujung bahagia tawa. Atau terpuruk nestapa. Ya walaupun kali itu tema nya jatuh cinta.

Jangan salahkan dia yang merasa. Karena memang debar itu ada. Pernah ada. Pernah dimulai. Dan mestinya sudah selesai.

It's Funny


It’s funny when you may think that you can get hurt because of something yet you just get over it, laughing.
It’s funny when you know that it wasn’t your business yet you start whining, then complaining.
It’s funny when you might believe that anything will be alright yet you end up, crying.
It’s funny when you are quite sure that it will be nothing painful while reading someone’s old pages which are none of your business but in fact they sting, then you feel hurt, you should’ve end up crying, yet you are now LAUGHING.

April 07, 2013


“Your own pessimistic thought is the best under-disguised killer machine.” 

April 03, 2013

Bukan Saat Ini


Jika hati ini menggeram, meronta, tetap aku tak sanggup salahkan mu. Apa yang salah dari sebuah rasa? Kau tak pantas didera. Dan kali ini, berhenti saja. Cukup berhenti.
Tanpa koma setelahnya. Tak usah lagi kau bangun dari tempat tidur mu, bersuara merdu selamat pagi untuk ku. Sudah sekian lama kita tak berjumpa. Hati kita. Tak lagi cerminkan rindu. Rindu itu bisu. Terhenti di ujung pintu. Malam ini ku cukup kan. Biarkan kau melayang. Tak usah lagi kau berikan handuk panas setiap sore aku pulang. Dalam hati, diri ini berbisik. Kau bisa lebih dari itu. Tidur tenang. Nafas lapang. Bukan disini tempatmu, Sayang. Akan ada saatnya ketika mata mu membuka, sosok yang tiada pergi jauh bagi mu. Siang malam, pagi petang. Hanya saja, bukan kali ini. Bukan saat ini. 

Dicurangi Rindu


Aku dicurangi rindu
Dia datang tak kenal waktu
Padahal yang ku minta hanya separuh
Bukan letupan dan gemuruh

Aku selalu dicurangi rindu
Atas nama gelisah dan resah
Mengaduk jadi satu dalam amarah
Terbakar dalam bentuk air mata memadu