January 29, 2013

Semoga Surat Ini Sampai


Selalu ada rasa terselip untuknya. Tersimpan rapi rapat di ujung hari. Tiap hembus yang terganjal dari senyum rahasia. Tak tahu seharusnya. Biarkan semuanya seperti itu. mungkin, tak ada salah nya bergeming berjarak, bahkan tak bersuara. Merasa sejauh memandang, merindu sejauh desah angin meradadang. Tiap kali ia buka suara, telinga insan lain bekerja. Tiap kali ia lepas bungkam di wajahnya, riap air mata tertahan haru. Lalu menyembul bulir tak nyaman di ujung hati. Mengganggu.

Dia mungkin hanya akan melihat sungging senyum. Dia tak tahu apa yang sebenarnya tersimpan. Karena dia memang tak akan pernah tahu. Dan enyah adalah yang diinginkan kali ini. Didoakan pergi, tapi ditahan di ekor. Dihembus melayang, tapi ditarik benang pemberat. Lalu jejak rasa mau tak mau menggelayut. Padahal sajak patah hati sudah di ujung tanduk. Lalu dia bisa apa?

Menelan rajut nyata hidup bulat bulat sudah biasa. Sudah muak. Hampir mati rasa. Sama biasanya dengar omong kosong mampir menyindir di tepi mimpi tiap kali rintik menghampiri tanah memberikan segaris harapan. Dia mengerti apalah arti harapan baginya? Seperti gerimis menyembul di balik awan kelam tiap kemarau. Tak banyak. Sementara.

Terkadang ia berpikir, angan itu tak hampa. Hanya kadang berpindah. Dari satu tujuan ke tujuan lain. Dari satu bahasa ke bahasa lain. Dari satu musim ke musim lain. Tapi nista dikatakan, angannya pun stagnan. Tak perpindah. Justru kian mengisi. Salah disebutnya karena insan ini hanya boleh menyentuh bayangan tanpa menggenggam tangan. Imaji hanya boleh dirangkai tanpa jeda aksi setelahnya. Mengeluh tiap kali bayang nya melaju di tiap gelintir cahaya. Lantas melenguh jadi sandaran semata sebab tuhan pun tak menjawab.

Tak pernah diniatkan untuk menyanjung siapapun, bahkan karya tuhan paling agung. Karena terkadang rasanya tak pantas, tak sesuai, tak pas. Tapi dalam hati mengiba, siapa tahu insan ini berpaling lalu guntur tak tega, lantas menyampainkan pesan pada tuhan yang nampaknya sedikit bingung. Lalu Dia membalikan telapak sejalan keadaan. Tapi seperti orang katakan, hati siapa yang tahu. Hati siapa juga yang dengar. Mereka bilang tuhan yang punya kuasa. Tapi mana?

Jadi ya sudah.
Dari dalam dia mendoa.
Semoga surat ini sampai.
Semoga surat ini sampai.


No comments:

Post a Comment